Photobucket

Keluargaku.

Photobucket

Pemenang Harapan II Lomba Inovasi SMP Tk Nasional 2010.

Photobucket

Pemenang II Lomba Karya Cipta Teknologi Pembelajaran Tk Nasional 2010.

Photobucket

Finalis lomba media presentase pembelajaran Tk Nasional 2010.

Photobucket

Keluargaku.

Jumat, 02 Juli 2010

PENTINGNYA TIK BAGI GURU DAN SISWA

Dunia pendidikan Indonesia belakangan ini tertinggal di bandingkan negara lain, bahkan dengan negara-negara Asia Tenggara. Korsel, Malaysia, Singapura, dan Thailand dalam pemanfaatan Information and Communcation Technology (ICT). Masih sangat diperlukan untuk memperbaiki kualitas pendidikan dari SD sampai SLTA, terutama dalam hal ketertinggalan penguasaan teknologi informasi dan komunikasi di Tanah Air, baik oleh para guru itu sendiri maupun oleh siswa. Tapi, yakinlah bahwa sebenarnya bangsa Indonesia memiliki banyak anak berbakat. Pada tanggal 17 Agustus 2004, tiga remaja asal Papua (Arnold Akobiarek, Ronny Bubuy, dan Ayu Mukti Satya Merahabia) menerima kehormatan ikut merayakan detik-detik Proklamasi HUT ke-59 RI di Istana Negara. Prestasi yang membawa mereka ke Ibu Kota adalah sebagai pemenang pertama Lomba Penelitiaan Ilmiah Remaja (LPIR) 2004. Pertengahan Juli 2004 lalu, di Pohang, Korea Selatan, Tim Olimpiade Fisika Indonesia berhasil meraih sebuah emas, perak, dua perunggu, dan sebuah honourable mention. Yudistira Virgus, sang peraih emas, adalah siswa SMU Xavarius 1 Palembang. Satu lagi putra bangsa asal Papua, Septinus George Saa, juga berhasil meraih juara pertama dalam kompetisi riset fisika internasional, First Step to Nobel Prize in Physics, April 2004. Terbayang kelak seorang putra bangsa Indonesia meraih hadiah Nobel. Tetapi, bayangan indah ini segera pupus ketika ada berita mengenai Ni Komang Darmiasty. Remaja putri asal Bali ini merupakan salah satu pemenang Olimpiade Biologi Internasional, di Brisbane, Australia, Juli lalu. Keinginannya untuk melanjutkan pendidikan ke Fakultas Kedokteran Unud sempat terhalang biaya masuk Rp 13 juta. Padahal orangtuanya hanya seorang pegawai negeri sipil (PNS). Melihat data yang dihimpun KPP-PPI (komite kamanusiaan dan pendidikan - perhimpunan pelajar indonesia se-Dunia tahun 2004 lalu, adalah sangat ironis sekali, dengan jumlah sekolah-sekolah SD sampai SMA sebanyak 219.207 buah dan jumlah siswa K-12 (taman kanak-kanak sampai SMU) yang hampir 43 juta orang, rasio komputer dan siswa di Tanah Air saat ini hanya 1:800 untuk pulau Jawa dan sekitar 1:1.600 untuk di luar Jawa.
Dengan berpijak pada fenomena di atas, sambil lalu kita menunggu tersedianya fasilitas yang memadai (kalau memang yang ada belum dirasa cukup), langkah pertama yang mungkin perlu kita persiapkan adalah kesadaran kita untuk "bisa" menguasai teknologi informasi tersebut. Karena bagaimana siswa akan mempunyai wawasan yang "global" jika gurunya sendiri "miskin wawasan"?. Kemutakhiran Internet yang memberikan peluang besar bagi peningkatan kapasitas wawasan global siswa serta menjadi "kitab terbuka" yang berisikan ilmu pengetahuan - ilmu pengetahuan mutakhir, sangat disayangkan jika tidak dijadikan sebagai salah satu perangkat pendukung bagi guru dalam membentuk kompetensi - khususnya kognisi - siswa, tak bisa dielakkan bahwa tuntutan dunia perguruan tinggi jika Siswa kuliah dan tuntutan dunia kerja dewasa ini menuntut mereka untuk menguasai hal itu. Serangkaian tugas dari para dosen ketika siswa nanti kuliah menuntut kempampuanya dalam menggunakan komputer dan internet, demikian juga di dunia kerja, jika diamati Job Opportunity yang setiap hari terdapat di berbagai media masa, semuanya mengisyaratkan SDM yang menguasai komputer, salah satu upaya untuk menjawab itu tentunya perlu adanya upaya pembiasaan ketika mereka sekolah untuk sering berinteraksi dengan yang namanya komputer dan internet, dan hal ini bukan hanya misi Guru TIK melainkan semua Guru perlu menguasainya dan membiasakannya ketika memberikan tugas bagi para Siswa.

Pentingnya Penguasaan dan Pemakaian dalam Pemanfaatan TIK Bagi Guru
Dalam berbagai hasil penelitian dan tulisan mensinyalir ada sekitar 70 s/d 90% guru dalam pemanfaatan kemajuan TIK dalam proses pembelajaran dan kegiatan lain dianggap masih gagap teknologi. Jika kondisi ini benar demikian, alangkah menyedihkan dan bahkan menyakitkan, betapa tidak, sebab di tengah didengungkannya pembelajaran interaktif (e-learning) yang juga harus melibatkan guru-gurunya dalam bidang studi apapun, alangkah ironis kalau gurunya sendiri tidak pernah sedikitpun menjamah teknologi informasi yang kini telah merambah kesemua sisi kehidupan manusia atau dengan kata lain sudah mendunia.
Peran pimpinan atau kepala sekolah sangat penting dalam memajukan sekolah, khususnya penguasaan para guru dalam pemanfaatan TIK. Pimpinan yang tidak sigap dalam adaptasi dengan perkembangan teknologi dapat mengakibatkan kebijakan yang menjadikan guru gagap teknologi, padahal ini bisa jadi mengakibatkan hilangnya daya tarik dalam proses belajar. Terlebih dalam era informasi ini, tanpa adanya kemauan untuk mengerti, menggunakan, dan mengakses bidang yang relevan dengan keilmuannya maka fungsi guru sebagai fasilitator perkembangan ilmu akan tereduksi yang lama-lama bisa jadi hilang, sehingga yang ada hanyalah guru yang miskin informasi.
Masih ada guru yang beranggapan tidak menggunakan komputer dan TIK dalam proses pembelajaran bukan hal mengganggu jalannnya pelajaran, karena guru merasa tidak mendapatkan fasilitas komputer saat mengajar, jadi inilah yang membuat mereka merasa tidak perlu untuk tahu cara menggunakan komputer. Kasus ini terjadi pada guru-guru yang sudah berusia tua, walaupun yang guru yang yunior pun masih ada yang gagap pada kemanjuan TIK.
Menurut Machfud dari Lembaga Penjaminan Mutu Pendidikan Jawa Timur (20 April 2008), dilema yang muncul di lapangan, dari berbagai upaya yang telah dilaksanakan untuk membantu para guru mengenal TIK, terganjal di tengah jalan, penyebabnya adalah; 1) takut akan kesalahan yang diperbuat, sehingga dapat mengakibatkan kerusakan media; 2) merasa usianya sudah tua, sehingga kurang bermanfaat bagi dirinya; 3) kurang memahami bahasa teknik TI (bahasa inggris); 4) banyaknya rutinitas di luar pelajaran TIK.
Menurut Gunawan (Jawa Pos, 26 Januari 2008), di lapangan tenaga pendidik hanya banyak disuguhi berbagai diklat, pelatihan dengan materi yang berkisar pada kurikulum, pakem (contextual learning), MBS (manajemen berbasis sekolah) dan materi lain yang berhubungan langsung dengan tugas guru di kelas. Jarang ada pelatihan guru yang bersifat pembekalan tentang suatu ketrampilan atau keahlian khusus, misalnya aplikasi TIK, padahal pelatihan seperti ini tidak kalah penting dan bermanfaat bagi guru, terutama guru yang masih gagap teknologi. Menurutnya ada beberapa faktor yang menjadikan para guru masih gagap TIK, pertama, Lokasi, bagi guru yang mengajar di daerah terpencil, teknologi canggih seperti komputer bukanlah sesuatu yang urgen untuk dikuasai karena kebutuhan untuk menggunakan sangat rendah. Kedua, kesadaran yang masih rendah mengenai mengenai arti penting teknologi untuk menunjang professi guru dalam menyelesaikan tugas, Ketiga, tidak adanya kesempatan dan peluang untuk bisa lebih dekat dengan teknologi canggih.
Ketersediaan sarana TIK sangat berpengaruh kepada guru dalam hal memilih varian sumber pembelajaran yang dipilih. Seperti yang dikemukakan oleh Mohammad Juri, MPd. (Madura, 14 Januari 2008) yang mengatakan ketidak variatifan guru dalam memilih sumber belajar, diantaranya disebabkan oleh minimnya pengetahuan dan kemampuan menggunakan media pembelajaran yang maju seperti penggunaan komputer. Seperti alasan-alasan yang umum disampaikan oleh para guru, misalnya tidak ada fasilitas komputer di sekolah, fasilitas yang tidak lengkap dikarenakan tidak dana untuk pengadaan, dan terlebih-lebih sikap guru yang kurang pro aktif dalam menghadapi kemajuan ICT.

Pentingnya Penguasaan dan Pemakaian TIK Bagi Siswa
Sains dan Teknologi telah melekat erat ke dalam setiap gaya hidup dan kehidupan modern, bahkan begitu pentingnya bagi pelajar, dan menjadi tuntutan dalam kehidupan professional kita, maka belajar sains dan mengembangan ketrampilan sains dan teknologi pada saat ini adalah sangat penting dan menjadi keniscayaan. Hal ini dapat dibuktikan secara sepintas melalui berbagai surat kabar harian/koran. Kebanyakan lowongan pekerjaan untuk posisi-posisi penting selalu mempersyaratkan penguasaan teknologi seperti disebutkan pada pendahuluan di atas.
Tidak hanya itu, penguasaan teknologi bagi siswa dapat memberikan tambahan wawasan yang lebih luas mengingat begitu banyaknya informasi yang bisa didapat dari internet misalnya, bukan hanya dari buku pelajaran wajib di sekolah. Bahkan melalui internet, seorang siswa bisa lebih memahami berbagai teori yang diajarkan di sekolah. Coba kita lihat misalnya di website http://www.e-dukasi.net/ siswa bisa mendapatkan informasi atau lebih tepatnya modul tambahan yang lengkap dengan media sebagai contohnya, sesuai dengan mata pelajaran yang dicarinya. Hampir semua mata pelajaran pokok ada disana. Ketika seorang siswa tidak mengerti apa yang diterangkan oleh gurunya tentang suatu mata pelajaran, atau kurang mengerti dari apa yang dibacanya dari buku pelajaran yang ada, siswa masih bisa memperoleh informasi serupa - dan bahkan bisa jadi - lebih lengkap dari apa yang diterangkan oleh guru maupun buku yang ada (dengan tanpa bermaksud mengurangi makna peran seorang guru).
Contoh lainnya misalnya seorang siswa yang tidak mampu untuk membeli buku pelajaran wajib dari sekolah (jika memang belum diberi secara gratis), siswa masih bisa memperolehnya secara gratis dengan mendownload dari http://bse.depdiknas.go.id/ atau http://bse.invir.com/.

Mungkin masih terlalu jauh bagi para pelajar di Indonesia dibandingkan dengan negara-negara tetangga yang disebutkan di atas dalam hal penguasaan terhadap TIK. Sekarang bisa kita hitung, berapa persen dari seluruh siswa SMA misalnya yang sudah bisa membuat email? Yang menggelikan adalah kenyataan bahwa seorang guru TIK yang memberi tugas kepada siswanya untuk belajar membuat email di luar sekolah, kemudian dia belajar kepada siswanya tersebut tentang cara membuat email tersebut. Lucunya lagi, email ditulis www.sekolah@yahoo.com yang seharusnya ditulis sekolah@yahoo.com.

________________________________________
Sumber bacaan :
http://www.freelists.org/post/ppi/ppiindia-Re-Dunia-Pendidikan-Nasional-Manfaatkan-Teknologi-Informasi
http://www.sunarnomip.staff.ugm.ac.id/index.php?option=com_content&task=view&id=13&Itemid=26
http://erlan-abuhanifa.blogspot.com/2009/02/penguasaan-tik-guru.html